Sahabat
Waktu itu tanggal 27 mei
1946, dimana terjadi agresi militer Belanda 2 di Yogyakarta, aku adalah seorang
pemuda di di daerah jogja utara, awalnya aku tak tertarik masuk ke dalam dunia
kemiliteran tapi apa daya aku dipaksa oleh sahabatku untuk membela negri ini
dan kotaku juga sedang di serang oleh kolonial Belanda yang ingin menguasai
Yogyakarta.
“hay mble, ayo ikut aku masuk ke sekolah polisi Rakyat, percuma
kau punya badan tinggi gagah
kalau tak mau menjadi
pejuang ?”
“ahhh aku tak tertarik
dengan memegang senjata jang, aku ini lebih suka memegang pacul.,” balasku.
“okee kalau itu mau kamu
mble,, aku akan mendaftar sendirian, jika kau berubah pikiran
bergabunglah denganku di SPR. “
“siap jang., “balasku
dengan semangat.
Malam harinya, tiba tiba
terdengar suara pesawat berterbangan di atas awan kota jogja tak berselang lama
terdengar suara ledakan dan letupan senapan,
aku merasa sangat
takut,aku lalu menghampiri keluargaku untuk cepat-cepat mengungsi ke utara,
tapi na’as pasukan Belanda sudah sampai ke desaku dengan 2 truk dan satu tank
di depan rombongan, tak berselang lama terjadilah baku tembak antara pasukan
Belanda dengan tentara Republik yang hanya menggunakan Senjata jarahan Nippon
dengan amunisi seadanya. Belanda berhasil memukul mundur pasukan Republik dan
dengan mudah menguasai desaku. Saat serangan itu aku kehilangan keluargaku
karna aku berhasil lari ke hutan dan bersembunyi disana. Saat dirasa keadaan
sudah aman aku kembali ke desa dan aku sangat terkejut dengan keadaan desa yang
luluh lantah. Di saat aku berjalan menyusuri desa,aku melihat sebuah galian dan
ternyata,,, dalam sebuah galian itu aku melihat keluargaku dan penduduk desa
yang sudah tak bernyawa menjadi satu lubang.
“Biadaaab !!! perbuatan
pasukan Belanda Anjing itu akan kubalas. “ geramku yang tak sanggup menyaksikan
apa yang aku lihat.
Tiba tiba terdengar
suara Truk datang, ku kira Truk Belanda tapi ternyata Truk tentara Republik.
Turunlah tentara
Republik yang berjumlah 30 orang,lalu mereka mulai menyisir dan mengamankan
daerah sekitar,. Setelah di rasa aman barulah komandan kompi yang ku tahu
bernama Sersan Rusmoyo., Lalu ada seorang tentara Republik mengajakku untuk
menemui Sersan Rusmoyo.
“haii kau pemuda, apa kau
tahu yang terjadi di desa ini ? tanya Sersan Rusmoyo
“siap Sersan, desaku
telah di bakar dan para penduduk di bantai oleh pasukan Belanda anjing itu.”
Jawabku dengan tegas, karena aku telah berjanji akan membalas perbuatan
Kolonial Belanda.
“apa kau tahu dengan
keadaan tentara Republik ? “
“mereka lari ke hutan
barat Sersan, mereka kalah jumlah dan meninggalkan desa kami.” Ujarku
“keparat,Belanda mampu
memukul tentara Republik., “ umpat Sersan Rusmoyo.
“maaf Sersan, tentara
Republik kalah senjata dengan pasukan belanda, Belanda menggunakan tank dan
senjata berat sersan., “ terangku kepada Sersan Rusmoyo.
“owwww baiklah, nama
kamu siapa ? “ tanya sersan
“nama saya tomble
sersan, keluarga saya di bunuh belanda disini, maaf sersan apakah saya boleh
ikut menjadi Tentara Republik ? tanyaku balik
“baiklah ayo ikut dengan
kami, lagi pula kami juga kekurangan orang,” jawab sersan Rusmoyo.
“ terima kasih sersan.,
“
“ baiklah prajurit, ayoo
kita lanjuti ke desa berikutnya, kita sisir daerah ini sampai ke perbatasan
sebelah utara., “ teriak Sersan Rusmoyo kepada parjuritnya.
Bergegaslah aku naik
kedalam truk Tentara Republik, di dalam truk aku disambut ramah oleh para
tentara Republik.
45 menit berlalu,
Truk kami tiba tiba
berhenti, aku tengok keluar, sersan Rusmoyo sedang berbicara dengan seorang
tentara Republik dengan senjata lengkap.
Setelah kuamati lebih
jelas, ternyata Dia seorang tentara republik yang lari dari pasukan belanda di
desaku.
“lapor sersan, infantri
garuda dua telah tertangkap oleh pihak belanda, mereka dibawa kearah
perbatasan, belanda mempunyai tank,senapan kaliber 50 dan 3 truk, mungkin kita
bisa mencegah konvoi Belanda di jembatan kali progo. “
“ baiklah ayo kita cegah
konvoi belanda dan membawa pulang tentara kita.” Jawab sersan Rusmoyo
“pasukan ayo kita CEGAH
pasukan belanda, kita akan lewat jalan memotong. “ teriak sersan Rusmoyo
“maaf sersan apa itu
tidak terlalu beresiko dengan melihat jumlah pasukan kita., “ potong kopral
Danu.
“aku optimis kita bisa
mencegah konvoi belanda dengan senjata kita dan meriam kaliber 45 ini.,” jawab
Sersan.
Akhirnya kopral Danu
mengalah dengan perintah atasannya.
Sesampainya di Jembatan
kali progo, sersan Rusmoyo menyusun strategi.,
“hey kauu, kau bawa 5
orang pergi ke bukit itu ? teriak sersan dengan menunjuk salah satu bukit.
“hey kopral Danu kau
bawa meriam itu keatas bukit, kau hanya boleh menembak tank belanda, “ suruh
sersan Rusmoyo kepada kopral danu.
“kau parji, bawa orangmu
ke sebrang jembatan itu dan bangun penghalang lalu pasang senapan kaliber 50
itu., “
“baik sersan ‘’ teeriak
parji
“lalu kau tomble pegang
senapan ini dan kau bawa sisanya ke samping ujung jembatan, tunggu perintahku
untuk menembak,” perintah sersan Rusmoyo.
“siap Sersan”
20 menit kami menunggu,
barulah terlihat konvoi belanda,
“inilah kesempatanku
membalas kematian keluargaku dan penduduk desa.” Batinku dalam hati
Setelah konvoi dalam
jangkauan tembakan meriam kopral danu, tiba tiba terdengar
“Duuuuaaaaaaarrrrrr,”
hancurlah tank belanda.
Dengan hancurnya tank
belanda, pasukan belanda lalu turun dari truk dan bersiaga.
“diarrr diiaaarrr
diaarrr ded ded ded deed ded., suara rentetan senapan 50 milik parji
menghujanni pasukan belanda, tumbanglah beberapa pasukan belanda. Lalu pasukan
belanda membalas tembakan ke arah tentara Republik.,
Lalu terdengar suara
teriakan Sersan rusmoyo dari atas bukit.
“majuuuuuuuuuuuu,,
Merdeka atau mati. “ teriakan yang sangat lantang.
Perang pun berhenti
dengan kemengan pihak Tentara Republik, beberapa serdadu belanda tertangkap
pihak Tentara Republik dan tentara republik mendapatkan senjata rampasan
beserta pasukan tentara republik yang tertangkap.
“lapor sersan, tentara
republik kehilangan 7 orang yang gugur dalam pertempuran ini.,” laporan
dari kopral danu.
“MERDEKA !!! “ teriak
sersan dan disusul pasukannya
“MERDEKA”
“MERDEKA”
“MERDEKA”
Saat itulah aku merasa
bahagia dengan perjuanganku karena keluargaku dan para penduduk membesarkanku
selama ini tidak sia sia.
Perjuanganku bersama
konvoi sersan Rusmaya itu sampai terdengar hingga ke telinga raja Yogyakarta
dan sahabatku kujang yang berada di SPR bantul.
TO BE CONTINUE
0 komentar