Di kantor RW yang saat itu disulap menjadi warung kecil. Pak…pik…puk… krek..krek.. Suara meja, kursi yang digusur di lantai hendak dikeluarkan, lengkap dengan peralatan lainnya.
“Vi, sapuin tuh ruangan dalam dan luar!” suruh Oji yang sibuk mengeluarkan barang-barang.
“Kamu nggak lihat apa aku juga lagi sibuk.” Vira menjawab ketus dengan lap di tangannya sedang membersihkan piring dan gelas.
“Vi, sapuin tuh ruangan dalam dan luar!” suruh Oji yang sibuk mengeluarkan barang-barang.
“Kamu nggak lihat apa aku juga lagi sibuk.” Vira menjawab ketus dengan lap di tangannya sedang membersihkan piring dan gelas.
Dua sejoli ini memang sering bertengkar tapi di dalam hati mereka tersimpan rasa cinta yang amat sangat dalam. Menurut teman-teman yang lainnya mereka dinilai dua sejoli yang sangat cocok kalau mereka berpacaran. Tapi sayangnya mereka hanya teman biasa. Padahal Oji berharap banget menjadi cowok Vira.
Pagi itu dua sejoli lagi bersemangat dan disibukkan dengan pekerjaan barunya buka warung untuk menambah dana buat acara pensi. Biasanya tiap bulan Agustus di desa Mekar Wangi selalu mengadakan pensi untuk memperingati 17 Agustus 1945. Dana untuk acara tersebut dipungut dari masyarakat sekitar. Nah, kali ini Tarka berinisiatif untuk menambah dana dengan berjualan cemilan dan aneka juice. Yang dijual bukanlah pizza atau hamburger yang seperti di MC Donald’s dan Pizza Hut. Yang dijual hanyalah cemilan biasa yang saat ini sedang merajalela di Bandung, yaitu Basreng (alias baso goreng yang dibumbui dengan aneka rasa seperti barbeque, balado, pedas manis, jagung bakar, dll). Selain basreng ada juga aneka juice.
“Vi, aku belanja apa aja?” sahut Oji mengulurkan kertas dan bolpoint. “Nih…” Vira mengembalikan kertas dan bolpoint lengkap dengan daftar belanjaan.
“Yeeh.. kamu ko malah bengong, malah lihatin aku?”
Ternyata Oji sedang asyik melihat Vira. Wajahnya yang cantik, cewek ini juga sangat pintar dari SD selalu juara kelas.
“A..apa? Tadi kamu ngomong apa Vi?” Oji tersipu malu membenarkan topinya. Cowok yang satu ini memang hobi pakai topi dengan postur badan yang tinggi, pokoknya cowok cakep, tajir yang menjadi idaman setiap wanita. ‘Waduh ko Oji liatin aku, andai kamu tau Ji perasaanku dari dulu tuh aku suka ama kamu, cuma aku malu mengatakannya. Aku seneng banget bisa deket kaya gini’ Vira bergumam dalam hati. “yaudah aku berangkat dulu.” Greng-greng suara motor Oji meninggalkan warung.
“Yeeh.. kamu ko malah bengong, malah lihatin aku?”
Ternyata Oji sedang asyik melihat Vira. Wajahnya yang cantik, cewek ini juga sangat pintar dari SD selalu juara kelas.
“A..apa? Tadi kamu ngomong apa Vi?” Oji tersipu malu membenarkan topinya. Cowok yang satu ini memang hobi pakai topi dengan postur badan yang tinggi, pokoknya cowok cakep, tajir yang menjadi idaman setiap wanita. ‘Waduh ko Oji liatin aku, andai kamu tau Ji perasaanku dari dulu tuh aku suka ama kamu, cuma aku malu mengatakannya. Aku seneng banget bisa deket kaya gini’ Vira bergumam dalam hati. “yaudah aku berangkat dulu.” Greng-greng suara motor Oji meninggalkan warung.
Dari kejauhan terlihat Ivan menuju warung menenteng es batu.
“Vi, ko sendirian aja?”
“Si Oji ke pasar dulu Van.”
“Trus anak-anak yang lain pada kemana?”
“Belum pada datang”
“Cie…cie…wit..wiw.. sekarang mah akur nih ama si Oji. CLBK unk.” Spontan Ivan ngeledek menepuk bahu Vira. “Eits..datang-datang ngomong sembarangan ah.” Vira melepaskan tangan Ivan yang menempel di bahunya.
“Tapi mang bener kan?”
“Ah kamu suka ngaco deh.” Muka Vira memerah. Sosok Ivan yang ceplas-ceplos bikin wanita satu ini malu dan sedikit seneng. Oji sudah 3 kali nembak Vira tapi gak pernah diterimanya. Sungguh naas nasib Oji. Vira cewek idaman Oji sejak SMP. Mereka hanya sering kirim-kiriman surat, karena waktu itu mang belum ada handphone. Kini dua sejoli itu sudah beranjak dewasa. Vira meneruskan kuliahnya di Bogor, sedangkan Oji berwirausaha. Saat itu Vira lagi libur semester selama 2 bulan. Makanya dia ada di rumahnya.
“Tin…tin…tin…” klakson motor Oji.
“Vi, ni tolong bawain!!” pinta Oji.
“Okeiii siap boss…” ledek Vira.
“Beli…beli basreng rasa balado.” Sahut anak kecil hendak membeli. Ivan melayani dengan semangat. Datang Ira, Sinta, Eva dan Dona menuju warung.
“Wah..kalian udah pada di sini, maaf yaa kita telat.” serentak cewek-cewek centil. Selain berjualan untuk menambah dana buat pensi, juga menjadi ajang untuk silaturahmi. Gak kerasa sebulan berjualan sudah mau berakhir. Dari Juli mereka berjulan sekarang Agustus hampir berakhir, 5 hari lagi pensi dilaksanakan. Pensi akan dilaksanakan tanggal 25 Agustus.
“Vi, ko sendirian aja?”
“Si Oji ke pasar dulu Van.”
“Trus anak-anak yang lain pada kemana?”
“Belum pada datang”
“Cie…cie…wit..wiw.. sekarang mah akur nih ama si Oji. CLBK unk.” Spontan Ivan ngeledek menepuk bahu Vira. “Eits..datang-datang ngomong sembarangan ah.” Vira melepaskan tangan Ivan yang menempel di bahunya.
“Tapi mang bener kan?”
“Ah kamu suka ngaco deh.” Muka Vira memerah. Sosok Ivan yang ceplas-ceplos bikin wanita satu ini malu dan sedikit seneng. Oji sudah 3 kali nembak Vira tapi gak pernah diterimanya. Sungguh naas nasib Oji. Vira cewek idaman Oji sejak SMP. Mereka hanya sering kirim-kiriman surat, karena waktu itu mang belum ada handphone. Kini dua sejoli itu sudah beranjak dewasa. Vira meneruskan kuliahnya di Bogor, sedangkan Oji berwirausaha. Saat itu Vira lagi libur semester selama 2 bulan. Makanya dia ada di rumahnya.
“Tin…tin…tin…” klakson motor Oji.
“Vi, ni tolong bawain!!” pinta Oji.
“Okeiii siap boss…” ledek Vira.
“Beli…beli basreng rasa balado.” Sahut anak kecil hendak membeli. Ivan melayani dengan semangat. Datang Ira, Sinta, Eva dan Dona menuju warung.
“Wah..kalian udah pada di sini, maaf yaa kita telat.” serentak cewek-cewek centil. Selain berjualan untuk menambah dana buat pensi, juga menjadi ajang untuk silaturahmi. Gak kerasa sebulan berjualan sudah mau berakhir. Dari Juli mereka berjulan sekarang Agustus hampir berakhir, 5 hari lagi pensi dilaksanakan. Pensi akan dilaksanakan tanggal 25 Agustus.
***
Tepat tanggal 23 Agustus, kantor RW yang disulap menjadi warung kecil akan kembali seperti semula, karena berjualan akan dihentikan hari itu.
Sore hari, satu persatu orang-orang pada pulang. Tinggal Oji dan Vira di warung.
“Ji, sebenarnya a…a…aku mu ngomong sesuatu sama kamu. Udah dari dulu aku pengen ngomong, tapi aku malu.” Celetuk Vira. “Ngomong aja”
“Kamu inget gak waktu kita dulu sering kirim-kiriman surat?”
“Wah uda lupa tuh”
‘Waduh… Oji beneran udah melupakannya atau pura-pura lupa?’ suara hati Vira menjerit kesakitan kalo Oji benar-benar uda menghapus kenangan indah saat SMP.
“Ji, kamu beneran uda lupa kejadian kita dulu?” Suara Vira meninggi.
“Ya aku inget. Emang kenapa gitu?” Oji mengalihkan pandangan. Sebenarnya ada sesuatu yang ingin Vira ungkapkan. “Ji, sebenarnya aku tuh dari dulu juga uda suka sama kamu, tapi aku malu, aku tuh tadinya mau nerima cinta kamu, tapi gak tahu kenapa bibir ku ini berkata dusta tak sesuai dengan hati kecilku. Aku menyesal udah menolakmu. Andai waktu bisa berputar kembali gak akan ku sia-siakan dirimu. Dengan adanya acara berjualan ini aku seneng banget bisa bareng-bareng ama kamu. Buka warung bareng, cuci piring berdua, tutup warung.”
Sore hari, satu persatu orang-orang pada pulang. Tinggal Oji dan Vira di warung.
“Ji, sebenarnya a…a…aku mu ngomong sesuatu sama kamu. Udah dari dulu aku pengen ngomong, tapi aku malu.” Celetuk Vira. “Ngomong aja”
“Kamu inget gak waktu kita dulu sering kirim-kiriman surat?”
“Wah uda lupa tuh”
‘Waduh… Oji beneran udah melupakannya atau pura-pura lupa?’ suara hati Vira menjerit kesakitan kalo Oji benar-benar uda menghapus kenangan indah saat SMP.
“Ji, kamu beneran uda lupa kejadian kita dulu?” Suara Vira meninggi.
“Ya aku inget. Emang kenapa gitu?” Oji mengalihkan pandangan. Sebenarnya ada sesuatu yang ingin Vira ungkapkan. “Ji, sebenarnya aku tuh dari dulu juga uda suka sama kamu, tapi aku malu, aku tuh tadinya mau nerima cinta kamu, tapi gak tahu kenapa bibir ku ini berkata dusta tak sesuai dengan hati kecilku. Aku menyesal udah menolakmu. Andai waktu bisa berputar kembali gak akan ku sia-siakan dirimu. Dengan adanya acara berjualan ini aku seneng banget bisa bareng-bareng ama kamu. Buka warung bareng, cuci piring berdua, tutup warung.”
Sorotan mata Vira tajam dan kedua mata pun bertemu.
“Jadi kamu dulu juga suka sama aku? Kenapa gak dari dulu kamu ungkapin ini?” Suasana menjadi tegang.
“Sekarang kamu masih sayang gak sama aku?” Tanya Vira tegas.
“Aku masih sayang sama kamu Vi.”
“Mudah-mudahan kali ini aku dan Oji bisa bersatu bisa merajut tali kasih yang sebenarnya bukan lagi hanya sekedar cinta monyet belaka” harapan Vira dalam hati.
“Tapi Vi, maafin aku..sebenarnya a…aku..” Oji berkata gagap membalikkan badan ke belakang tak tega mengatakan semuanya.
“Kamu apa…apa Ji, katakan!” Vira penasaran.
“A..aku..”
“Apa Ji?” Vira makin penasaran.
“A..Aku..dijodohin Vi, sama anak kerabat ayahku..dia masih kuliah di UGM” Oji langsung memeluk Vira dengan kencang.
“Apa? Kamu dijodohin?” Cucuran air mata Vira mengalir deras.
“Maafin aku Vi, ini juga bukan kemauanku, aku gak mau jadi anak yang durhaka.”
“Hik…hik…hik…aku sayang kamu Ji. Aku seneng udah bisa bareng-bareng walaupun hanya sebulan.”
“Jadi kamu dulu juga suka sama aku? Kenapa gak dari dulu kamu ungkapin ini?” Suasana menjadi tegang.
“Sekarang kamu masih sayang gak sama aku?” Tanya Vira tegas.
“Aku masih sayang sama kamu Vi.”
“Mudah-mudahan kali ini aku dan Oji bisa bersatu bisa merajut tali kasih yang sebenarnya bukan lagi hanya sekedar cinta monyet belaka” harapan Vira dalam hati.
“Tapi Vi, maafin aku..sebenarnya a…aku..” Oji berkata gagap membalikkan badan ke belakang tak tega mengatakan semuanya.
“Kamu apa…apa Ji, katakan!” Vira penasaran.
“A..aku..”
“Apa Ji?” Vira makin penasaran.
“A..Aku..dijodohin Vi, sama anak kerabat ayahku..dia masih kuliah di UGM” Oji langsung memeluk Vira dengan kencang.
“Apa? Kamu dijodohin?” Cucuran air mata Vira mengalir deras.
“Maafin aku Vi, ini juga bukan kemauanku, aku gak mau jadi anak yang durhaka.”
“Hik…hik…hik…aku sayang kamu Ji. Aku seneng udah bisa bareng-bareng walaupun hanya sebulan.”
Cerpen Karangan: Heliyati
Facebook: heli648[-at-]yahoo.com
Facebook: heli648[-at-]yahoo.com
0 komentar